Tuesday 6 December 2011

Rock : Kejujuran Dan Sebuah Konsep Utuh


Sudah lama kita tak mendengar distorsi gitar yang kencang, vokal yang melengking serta cabikan bas dan pukulan drum yang membakar adrenalin. Lalu lihatlah para personilnya berlarian kesana kemari bahkan bergelantungan. Dan lihatlah para penontonnya yang mengibaskan rambutnya sambil mengepalkan tangan mereka sembari menyanyikan lagu band idolanya. Musik Rock!. Musik semacam ini lebih dikenal pada era 80’ an dengan band-band seperti Motley Crue, RATT, Quiet Riot, Guns ‘N Roses, dll. Pada era tersebut musik Rock ‘sempat’ meraih tempat di arus utama industri musik di dunia sebelum digeser oleh Nirvana dengan Grunge nya di tahun 90’ an awal. Saat itu mereka (Band-Band Rock) menyuguhkan sebuah konsep utuh dalam membentuk sebuah band. Mereka sadar betul kalau mereka tidak sekedar membuat musik lalu selesai begitu saja. Sebagai anak band mereka juga memikirkan sebuah konsep visual untuk kelompok mereka sendiri sehingga memiliki ‘positioning’ sendiri sebagai sebuah band. Dari segi kostum pun tak tanggung-tanggung, lihatlah bagaimana Motley Crue dan Hanoi Rocks berpenampilan. Di era 70’an Indonesia memiliki God Bless yang tidak main-main dalam bermusik. Ketika pentas pun mereka juga tidak lupa memperhatikan penampilan. Kalau boleh dibilang, inilah “semangat anak band”, yang di era sekarang kesadaran semacam ini sudah jarang didapatkan. Kesadaran seperti apa? Itu yang pastinya ditanyakan.
Pertama adalah musik, tentunya ini setelah melewati tahapan mendapatkan pemain yang cocok dan sehati. Setidaknya kita bisa memainkan instrumen yang kita kuasai dengan baik, tidak perlu memikirkan skill tapi juga jangan tanpa skill. Percayalah, itu semua akan menolong kita untuk kedepannya bila ingin lebih jauh berkembang. Lihatlah bagaimana Led Zeppelin, Deep Purple, ataupun Grand Funk Railroad dalam membangun musiknya yang ‘sakti’. Aransemen musik yang tidak kacangan, dan sanggup meluluhkan hati bahkan membuat orgasme. Bukan tidak mungkin musik mereka bisa berdurasi 7 menit atau bahkan 10 menit, dan ketika dipanggung bisa lebih lama dari durasi sebenarnya. Karena mereka memikirkan aransemen yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan sesuai dengan tema lagunya, bukan karena standar permintaan seseorang atau tuntutan standar radio, televisi ataupun label...
Lalu yang kedua adalah sebagai band Rock setidaknya berani tampil beda dengan orang lain. Disini kita berbicara visual. Jangan sampai ketika kita berdiri diatas panggung malah penontonnya yang jauh lebih keren daripada anak bandnya sendiri. Kalau begitu mending suruh penontonnya saja yang berdiri diatas panggung. Kenapa begitu?. Karena kita memainkan Rock!. Musik yang keras dimana salah satu alasan eksistensinya adalah mendobrak tatanan yang ada, bahkan melawan dominasi musik ‘manis’ utama. Ini adalah sebuah semangat pemberontakan terhadap sistem yang ada. Panjangkan rambut hingga bisa dikibaskan. Robek kaos yang kita kenakan, lalu pakai jaket kulit, celana panjang yang ketat dan bergaya!. Masih merasa kurang? Atau masih merasa dandanan standar Rock N Roll biasa? Buatlah lebih gila!. Upgrade jaket atau celana dengan hal yang tidak biasa, pakai lipstik atau lebih gila lagi kenakan legging spandex untuk wanita atau…yah…kita bisa bereksperimen sesuka hati. Asal temukan ciri khas sendiri yang paling cocok dengan kita namun tidak sama dengan orang lain. “Mengapa harus gondrong dan dandan segala? Ah, gak penting semua itu!. Rock sudah cukup di dalam jiwaku!”. Benar…suatu saat kita pun akan mengatakan itu bila usia kita sudah 70 tahun. Tapi bagaimanapun juga kita berdiri diatas panggung, Bro! Bukan berdiri di atas genteng.
Yang lucu adalah mereka yang ketika manggung sudah cukup merasa keren hanya dengan mengenakan kaos band yang bertuliskan AC/DC, Motley Crue, Led Zeppelin, The Rolling Stones atau kaos band lainnya bahkan kaos berikon pemberontak, salah satunya kaos bergambar Che Guevara. Mungkin kita sudah merasa cukup Rock tapi sebenarnya kita terlihat sangat menyedihkan. Di atas panggung dimana kita yang menjadi seharusnya rajanya tapi kita malah bangga mengenakan kaos band lain, biarpun gambar dalam kaos tersebut adalah band atau seorang yang legend sekalipun. Masih mending bila itu band kita sendiri, atau setidaknya kita tahu atau mendengarkan band tersebut. Tetapi bila tidak, maka…selamat! Anda adalah orang paling tolol sedunia. Di Indonesia untuk hal-hal semacam ini (konsep visual) bisa dipastikan masih jarang karena seperti yang dikatakan diatas tadi, kurang adanya kesadaran untuk tampil beda diatas panggung. Mereka merasa sudah cukup bermain musik diatas panggung, dan menyuarakan apa yang mereka nyanyikan dengan kaos oblong lalu turun panggung dan pulang begitu saja. Padahal sekelas Bob Dylan sekalipun mengenakan pakaian terbaik dan termahalnya ketika manggung.
Sudah cukup dengan dandanan saja?. Tentu tidak. Sebagai Band Rock, setidaknya harus bisa menyuguhkan sebuah pertunjukkan yang berkualitas dan cenderung ‘gila’ ketika bermain, walaupun sebenarnya ini tidak wajib namun layak untuk direnungkan. Pertunjukan yang gila akan selalu diingat oleh penonton yang hadir. Coba lihat Axl Rose yang berlarian kesana kemari ketika manggung atau di Indonesia juga memiliki vokalis yang gila seperti Micky Jaguar yang minum darah kelinci, dan Ucok AKA dengan aksi teaterikalnya. Lihatlah, Ucok AKA yang dalam setiap pertunjukkannya konon selalu digantung, kadangkala keluar dari peti mati atau lompat dari ketinggian hingga cedera. Energi ketika kita berada di atas panggunglah yang biasanya mendorong kita bersedia melakukan hal-hal semacam itu secara sadar ataupun tidak kita sadari. Masih teringat ketika Ucok AKA diwawancarai di “Kick Andy”, dan ditanya mengapa ia melakukan semua hal tersebut dalam setiap pertunjukkannya?. Saat itu kurang lebih jawabannya seperti ini, “Supaya setelah itu penonton yang sudah selesai menonton dan pulang berkata ‘Oh, Ucok edan!’”
Itu berarti ia sangat sadar betul akan pentingnya pertunjukkan diatas panggung, bahwa setiap penonton yang hadir di setiap konser sebenarnya ingin ‘melihat’ bukan ‘mendengar’. Bagaimana yang dipikirannya adalah membuat penonton yang hadir dibuat terkesima dan tidak dapat melupakan hari itu. Karena bila ingin mendengarkan musik saja, maka hal itu bisa mereka lakukan dengan cara memutar cd atau mp3 musik band kesukaannya di kamar masing-masing sambil tiduran.
Itulah sebuah konsep yang baik untuk sebuah band Rock yakni: spirit, musik, visual dan aksi panggung. Tapi dari sekian banyak hal yang dijelaskan diatas ada satu hal penting yang harus disadari. Sekalipun kita sudah dapat menguasai musik, visual, dan seni pertunjukkan untuk diatas panggung, kita harus bertanya pada diri sendiri terlebih dahulu. Apakah kita yakin ingin memainkan musik Rock?. Karena tidaklah mungkin kita bisa memainkan musik Rock jika itu tidak benar-benar jujur dari hati kita, biarpun sejago apapun orang tersebut bermain musik. Sebaliknya, didandani se“ngerock” apapun bila dasarnya atau jiwanya tidak Rock ya semangat ataupun energi Rock tersebut tidak akan tersampaikan ketika ia tampil. Dia hanya akan terlihat seperti badut belaka.

No comments:

Post a Comment